Kenapa artikel ilmiah dari Indonesia sulit menembus jurnal-jurnal internasional bergengsi?
Jawabannya satu: kurang novelitas. Peneliti +62 sepertinya kurang kreatif ketika membuat penelitian, selalu mengekor apa yang sudah dilakukan orang lain. Bahkan banyak yang menjadi kutu loncat; hanya melakukan penelitian yang sedang tren, sehingga tidak memiliki _track record_ yang jelas.
Dugaan saya penyebabnya adalah sulit berpikir _out of the box_. Kemungkinan karena peneliti Indonesia saat kuliah tidak boleh berbeda pendapat dengan dosen, sehingga yang dikejar bukan pengetahuan namun afirmasi. Dan dosen yang mengajar merupakan produk sistem yang sama, sehingga menjadi lingkaran setan yang sulit diputus.
Cara yang paling ampuh adalah merubah paradigma "dosen adalah sumber ilmu" menjadi "dosen adalah fasilitator belajar", sehingga mahasiswa dibebaskan mencari dan mensistesis informasi serta berpendapat berdasar informasi tersebut. Transformasi yang panjang, pastinya, dan harus dimulai segera.
Guest dan gift autorship merupakan pelanggaran etika yang "normal" di Endonesiah, dan sering dialami peneliti junior. Mental "pekewuh" mungkin salah satu penyebabnya. #literasihayati
https://www.laboratoryequipment.com/593964-Study-PhD-Researchers-Forced-to-Grant-Guest-Authorships/